Jumat, 21 Oktober 2016

IBU YANG KEJAM

Binatang saja sayang pada anaknya, apalagi manusia. Pastilah dia akan lebih sayang dari siapapun, karena ini fitrah manusia.

Tetapi pada kenyataan-nya, entah apa namanya, di beberapa akhir zaman ini, seringkali melihat kebengisan ibu pada anak-anak-nya.

Masih terbayang di mata saya, melihat sebuah video yang beredar di facebook. Seorang ibu menindih wajah anak bayinya dengan bantal, lalu bantal itu di injak-injaknya. Hingga badan bayi itu meronta-ronta kesakitan.

Melihat hal itu sontak, badan saya panas dingin tak karuan. Rasanya, ingin bisa memutar waktu, bisa terbang dan menghampiri anak itu, dan saya selamatkan dia. Sungguh mengerikan..

Apa yang saya tonton itu, saya ceritakan kepada ibu. Sontak ibu ikutan emosi, sambil mengumpat tentang cerita tersebut..
"Itu manusia atau hewan sih, agamanya apa gitu itu ??"

Lalu saya jawab, "Ibu.. jangan bilang agama-nya apa, apa ibu masih ingat peristiwa beberapa waktu yang lalu, di Bandung. Ada seorang ibu berjilbab, pendidikannya tinggi, kemampuan ekonomi juga lumayan, keluarga bahagia, agamanya juga terbilang bagus di masyarakat, tapi kenapa bisa membunuh ke-3 anaknya, dengan alasan mumpung belum besar, biar masuk Surga, maka di bunuh saja sekarang "

Seketika ibu saya terdiam..

Di runtut dalam ilmu Psikologi, pasti ada sebab gangguan kejiwaan pada orang-orang tersebut. Sehingga berperilaku tidak lazim atau abnormal. Gangguan psikologi, bisa disebabkan banyak faktor di antaranya adalah "Tekanan Kejiwaan". Sementara mereka tidak bisa mencari jalan keluar-nya. Hingga mencari jalan pintas, sesuai kemampuan nalar dan emosi-nya saja.


Ada kekejaman lain di era ini, yang mungkin tidak di anggap sebagai kekejaman. Bahkan apa yang dilakukan para ibu ini, justru sebagai kasih sayang pada anak-nya. Apa saja itu ?


1. MEMOTIVASI DENGAN MEMBANDINGKAN ANAK YANG LAIN

Suatu hari saat saya ada acara di Pasuruan, ada seorang ibu konsultasi pada saya, "Bu Etty.. gimana ya caranya memotivasi anak saya biar bisa jadi nomor 1 di sekolah. Dia selalu kalah dengan teman-nya yang anak orang kaya itu. Yang anak orang kaya itu selalu ranking dan juara nomor 1, kenapa anak saya selalu di bawah dia. Saya tidak bisa terima bu, meski saya ekonomi pas-pasan, saya tidak mau kalah dengan mereka.."

Ehhmm.. sepertinya bagus ya, punya jiwa kompetisi. Tapi sejatinya, energinya habis untuk iri dan dengki, tanpa di sadari.

Setelah konseling, si ibu tersebut sudah menyadari sikapnya selama ini. Alhamdulillah si ibu menjadi banyak istighfar dan cooling down. Kemudian, memiliki jiwa baru dalam menghadapi kenyataan.

Cukup ibu, jangan kau teruskan sikap dan perkataanmu yang menyakitkan hati ini. "Dik..masa' kamu nggak bisa seperti dia. Dia saja bisa begitu, masa' kamu nggak bisa ?"

Wahai ibu, setiap anak itu unik dan berbeda. Jadikan dia apa adanya dirinya sendiri. Justru keunikan dirinya, harus bisa menjadikan dirinya lebih dari yang lain. Dan itu tugas ibu. Coba ibu rasakan sendiri, apakah suka jika ibu di bandingkan dengan wanita lain ? tidak suka bukan ?

Begitu pula, dengan anak-anak. Ajarkan pada mereka sejak dini, bahwa kamu itu luar biasa nak, sudah jangan tiru-tiru orang lain, apa yang kamu suka lakukan, ibu akan mendukungmu, ibu akan mendoakanmu.

 Ibu akan melihat hasil luar biasa dari memotivasi seperti ini.


2. MEMBERIKAN SEMUA KEBUTUHAN ANAK DENGAN MUDAH

Sering mendengar dan melihat sejarah orang-orang kaya, yang berakhir mempunyai anak-anak yang menghabiskan harta warisan mereka. Mereka tidak bisa memanfaatkan harta orang tua dengan baik,  yang ada hanya kehancuran belaka.

Mereka di biasakan manja tanpa sadar. Minta ini OK, minta itu YES, mau ini ADA, mau itu SILAHKAN.

Ini bukan berita di majalah, yang saya tidak melihat kenyataan tersebut.

Tapi ini adalah kisah-kisah yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Dan saya mengenal baik dengan keluarga mereka.

Ada sekitar 20 keluarga lebih yang saya kenal. di perjalanan hidup saya selama 40 tahun. Keluarga mereka hancur, karena pola asuh yang salah. Ketika memiliki harta berlimpah, berkecukupan, anak-anak di penuhi secara materi, dan segala kepentingan dunia. Mereka lupa mendidik agama, lupa mengajarkan bagaimana bersusah payah dan bekerja keras.

Yang ada mereka, hanya selalu terbiasa enak dan di atas. Mereka tidak bisa di posisi bawah, anak-anak mereka tidak bisa memikirkan solusi. Yang ada dalam fikirannya, jalan pintas. Hingga jiwa mereka labil dan mudah terpengaruh dalam hal negatif.

Seringkali para ibu di kisah ini berkata, "Biar.. nggak apa-apa, gunanya apa kita cari rizki, kalau bukan buat anak-anak..??"
"Nggak apa-apa, biarkan mereka senang, kita turutin saja, ini lho anak kita, kalau nggak buat anak kita, terus buat apa ?"

Ehm.. tanpa sadar ini adalah kekejaman model baru, yang akan membuat anak-anak tidak bisa berbuat sesuatu.


3. MENGANGGAP ANAK-ANAK MASIH KECIL TIDAK NGERTI APA-APA

Perbuatan kejam para ibu yang berikutnya adalah, selalu menganggap anak tidak mengerti apa-apa. Sehingga anak-anak menjadi korban kebodohan dan keteledoran orang tua.

Pernah beberapa tahun lalu, saat saya punya kantor di suatu area Surabaya. Kami punya tetangga, yang orang tuanya suka memutar video porno. Anak-anaknya masih kecil. Mereka menganggap anaknya tidak mengerti apa-apa.

Ternyata, si anak ini bercerita pada saya dengan lugunya. Dan saat mamanya pergi bekerja, si anak ini selalu memutar video porno sendirian. Dan selalu ketagihan menonton video  tersebut.

Saya tanya, "Lho.. jadi setiap hari, kamu nonton video itu, mama kamu nggak ngerti ?"
Si anak menjawab, "Nggak ngerti ummi.. aku pura-pura nggak pernah tahu saja.."

Astaghfirullohal adhiim, saya benar-benar merinding dan otak saya serasa konslet, mendengar cerita anak kecil yang sudah hobby nonton video porno.

Ini adalah kekejaman orang tua, yang membiarkan anak-nya terkena virus berbahaya, tapi tidak mereka sadari. Guncangan jiwa pada anak yang menerima beban psikologis yang belum waktunya, akan berdampak sakit jiwa, para orang tua tidak pernah tahu.

Sementara, hal-hal yang mestinya hak anak untuk di ajak bicara, malah mereka tidak lakukan. Misal, persoalan rumah tangga, yang semestinya melibatkan setiap anggota keluarga, justru kebanyakan di borong para ibu sendiri. Yang mestinya bisa di amanahkan pada anak-anaknya, malah anak-anak tidak mau tahu.

Karena perkataan dan konsep orang tua yang salah, "Jangan libatkan anak-anak, kasihan mereka masih sekolah, biarkan mereka fokus sekolah, nanti mengganggu sekolahnya.."
Padahal, toh jika dilakukan, tidak akan mengganggu sekolahnya. Justru akan menjadikan spirit mereka dalam belajar.

Misal mengajak anak menjenguk saudara yang sakit, menolong saudara yang berkesusahan, membantu tetangga yang pindahan rumah, dan lain sebagainya. Justru hal-hal yang bersifat melatih kemampuan anak-anak berempati dan bersosialisasi, justru di bunuh oleh orang tua-nya sendiri.


4. BIARKAN SAJA NANTI AKAN NGERTI SENDIRI

Kebiasaan kejam lainnya, yang sering dilakukan para ibu di masyarakat kita adalah membiarkan anak-anak mereka. Dengan dalih seperti ini, "Sudahlah jangan di paksa, nanti kalau besar kan ngerti sendiri.."

Bahkan ini hal berkenaan dengan ibadah, "Sudah.. nggak sholat nggak apa-apa nanti kalau besar kan bisa sendiri.."

Urusan di dapur juga begitu, "Nggak bisa masak tidak apa-apa, toh nanti bisa beli, banyak orang jual kok. Yang penting itu punya duwit, uang bisa segala-galanya. Nanti bisa bayar pembantu, bisa cari karyawan dan lain sebagainya.

Subhaanallah, itu ilmu dari mana ??

Yang namanya orang bisa itu, pasti karena terbiasa dan terlatih. Dan apapun itu harus di latih dan di biasakan sejak dini.

Saya sering mendapat curhatan, dari beberapa pasang suami isteri. Mereka mengeluhkan banyak hal tehnis dalam berumah tangga, justru mereka tidak bisa apa-apa. Mereka kebanyakan teori saja, tanpa bisa prakteknya. Ini juga bagian dari kekejaman orang tua, yang berdampak buruk di kemudian hari.

Banyak juga yang mengeluh tidak bisa sholat, karena kecewa waktu kecil tidak pernah di ajarkan orang tuanya. Nah artinya, pengajaran dari orang tua itu sangat penting, agar anak-anak tidak merasa kecewa dan menuntut di kemudian hari.



Nah ibu-ibu rahimakummullah, mari kita muhasabah diri. Termasuk saya pribadi, semoga menjadi ibu yang bertanggung jawab atas amanah yang diberikan Allah kepada kita semua

Kita memang bukanlah manusia sempurna, tetapi kita harus berusaha menjadi yang terbaik karena Allah. Dan kelak bisa menjadikan aset kita di dunia dan akhirat. Aamiin..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar